Tuhan…Engkau begitu dekat dengan kami. Engkau tahu, kami
sering kali terseret dari urusan satu ke urusan lain, dari satu tugas ke tugas
lain, sibuk dengan berbagai macam kegiatan dan pekerjaan. Terkadang kami lupa
untuk diam dan hening sejenak padahal dalam kesunyian dan diam, kami akan
dipermudah untuk menemukan Tuhan. Kesunyian adalah ibu dari pikiran yang hening.
Karena itu, dalam kesibukan apa pun, kami ingin menyisihkan waktu untuk sejenak
sunyi dan hening sambil evaluasi, refleksi setiap saat dan menuangkannya dalam
sebuah tulisan.
Saya dibesarkan di sebuah desa kecil nan sunyi kala itu, nama desa saya Ladangan Pal 20, Kabupaten Landak. Saya lahir pada tanggal 20 Maret 1978 dari pasangan Almarhum Bartolomeus Saebar dan Ibu Norberti Nomi sebagai anak bungsu yang ke-7 dari tujuh bersaudara. Sejak kecil saya dilatih oleh orang tua agar senantiasa bekerja keras dan hidup mandiri,selain itu orang tua juga mengajarkan tindakan-tindakan sederhana seperti merawat taman di halaman rumah,berkebun,berternak,bersih-bersih lingkungan. Ayah merupakan sosok guru yang baik serta maha pengasih dan penyayang,terbukti ayah mampu mendidik dan membimbing kami agar tetap berprestasi di sekolah,sedangkan ibu mendidik kami harus giat bekerja.Peran keluarga dan sekolah menjadi penentu bagi saya dalam melangkah.
Dalam perjalanan waktu cita-cita sebagai penulis selalu muncul, ingin
rasanya saya punya buku seperti deretan buku-buku yang sering saya lihat di
perpustakaan sekolah. Di kala sepi, saya mencari buku-buku biografi tokoh-tokoh
terkenal. Saya mulai membaca buku-buku autobiografi dan biografi yang ada di
perpustakaan. Hari demi hari muncul ide untuk membuat autobiografi dan tanpa
diduga-duga pada tahun 2019 saya membuka instagram Forum Indonesia Menulis (
FIM ), di situ saya lihat Forum Indonesia Menulis membuka pendaftaran Menulis
Buku sampai terbit. Tentu saja saya sangat gembira membaca postingan Forum
Indonesia Menulis dan langsung mendaftar dengan admin kala itu. Biarpun harus
mengeluarkan biaya pribadi untuk mengikuti kelas menulis di Forum Indonesia
Menulis( FIM), saya terus melangkah dengan pasti mengikuti kegiatan setiap hari
minggu pukul 07.00-12.00 wib. Tekad untuk memiliki buku autobiografi begitu
kuat sehingga apapun yang terjadi saya berjuang untuk menyelesaikan naskah
sampai akhir. Pada tanggal 15 Februari 2020 buku autobiografiku akhirnya
berhasil dilaunching beserta guru-guru lainnya. Senang rasanya bisa memegang
dan memeluk buku autobiografiku sendiri. Kini cita-cita sebagai penulis bisa
terwujud berkat jasa Forum Indonesia Menulis, tentu saya juga selalu mendukung
Gerakan literasi yang dibuat oleh Forum Indonesia Menulis.
Pada bulan April 2020 tanpa diduga-duga saya dihubungi oleh direktur FIM yaitu Fakrul Roji agar bisa menjadi Mentor untuk kegiatan Program Organisasi Pengerak Kementerian Pendidikan,Kebudayaan, Riset dan Teknologi Republik Indonesia. Tentu saja saya sangat senang sekali ketika diminta menjadi mentor Wisata Literasi Guru. Sebelum menjadi mentor, kami dilatih terlebih dahulu selama dua hari full di aula Dinas Pendidikan Kota Pontianak. Jujur saja, awalnya saya bingung karena untuk menjadi mentor bukanlah hal yang mudah apalagi yang akan dihadapi adalah kepala sekolah dan guru-guru senior. Saya harus berhadapan dengan guru-guru yang lebih tua dengan saya. Tapi berkat pelatihan-pelatihan yang diberikan oleh tim Forum Indonesia Menulis rasa ragu dan pesimis hilang Bersama dengan waktu. Saya ditugaskan menjadi mentor Wisata Literasi Guru untuk guru-guru SMP yang ada di Kota Pontianak berdasarkan Surat Tugas ( SK ) dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi Kalimantan Barat. Ada tiga kelas yang harus saya dampinggi saat itu bersama Ibu Marsinten pasangan mentor saya di Kota Pontianak.
Syukurlah saat menjadi mentor, saya tidak lagi grogi apalagi ada Ibu Marsinten sosok kepala sekolah yang inspiratif bersama saya. Setelah tiga pertemuan tiba-tiba kegiatan Wisata Literasi Guru terhenti karena COVID-19. Melihat situasi Pandemi pemerintah mengeluarkan peraturan agar meniadakan semua kegiatan tatap muka dalam waktu yang belum bisa ditentukan. Kebijakan itu membuat saya dan peserta Wisata Literasi Guru sangat kecewa sekali. Padahal saya juga sedang semangat bisa diamanahkan menjadi mentor Wisata Literasi Guru. Tahun 2020 kegiatan Wisata Literasi Guru dihentikan.
Selama kegiatan
Wisata Literasi Guru ditiadakan otomatis aktifitas saya banyak yang kosong
karena itu saya lebih banyak berkebun. Selama pandemik saya bercocok tanam
sayur mayur. Saya menanam sayuran hijau seperti kangkung, bayam dan berbagai macam
jenis sayuran hijau lainnya. Tidak terasa hari-hari terus berganti sayur mayur
yang saya tanam mulai banyak, ada juga yang saya jual. Ketika saya sibuk
berkebun tiba-tiba saya ditelpon oleh Ibu Digna Supervisor FIM karena program
Organisasi Pengerak yang pernah dibatalkan segera dilanjutkan kembali pada
bulan September 2021.
Tentu saja saya sudah menanti-nantikan kegiatan Wisata Literasi Guru. Kami
dilatih kembali menjadi mentor di aula Dekopinwil Pontianak. Parter mentor saya
adalah Ibu Dian Findhiani merupakan tim dari Forum Indonesia Menulis ( FIM)
jadi saya sesungguhnya ditemani oleh mentor yang sudah biasa mendampinggi
kegiatan Wisata Literasi Guru. Wow..pengalaman menjadi mentor lewat zoom
memiliki makna yang begitu mendalam.
Selama ini saya tidak pernah mengetahui kondisi guru-guru yang ada di
pedalaman, lewat zoom itulah saya bisa berkomunikasi dengan guru-guru yang
bertugas di daerah terpencil. Saat zoom saya sebenarnya lebih banyak sharing
pengalaman dan berbagi dengan bapak/ibu guru yang menjadi peserta Wisata
Literasi Guru ( WLG ).
Saya sangat senang sekali bisa membagikan ilmu pengetahuan kepenulisan
membuat buku kepada guru-guru. Sejatinya guru-guru yang akan menemukan dan mengali
ide-ide kepenulisan serta mengembangkannya di sekolah mereka masing-masing.
Saya hanya menolong dan membantu mereka mengali potensi yang ada di dalam diri
mereka. Puji Tuhan..semua berjalan dengan lancar walaupun ada banyak kendala di
lapangan terutama masalah sinyal,cuaca buruk dan tempat tugas guru-guru dengan
medan yang sangat berat tidak mematahkan semangat mereka untuk tetap berkarya.
Selama mendampingi peserta Wisata Literasi Guru saya cuma
menitipkan pesan apabila
ada kegiatan haruslah ditulis dan dibukukan. Saya juga ingat bahwa kitalah sebagai pembuat
sejarah. Sejarah harus ditulis, dibukukan. Karena sekali lagi setiap individu
adalah agen pembuat sejarah tersebut. Semoga buku yang kita tulis bermanfaat untuk siswa ,masyarakat, pelayan rakyat, aktivis dan generasi muda penerus perjuangan
bangsa.
0 komentar:
Posting Komentar