Ruang multimedia menjadi saksi bisu kerja keras siswa-siswi SMA Santo Paulus yang mengikuti fashion road. Untuk menjadi nomor satu bukanlah hal yang mudah, 30 orang siswa yang telah tergabung dalam tim sukses yakni 10 pasang model dan 10 desainer yang telah dibentuk harus rela berkorban waktu dan tenaga, bahkan modelpun harus merangkap dalam mengerjakan kostum ini. Lima hari sebelum pelaksanaan sudah terlihat gundukan bunga kertas aneka warna dan ukuran dimana-mana, ini dikarenakan tema yang diusung tahun ini adalah BUNGA.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhGPXsuUkKWtyifBfRWSEZKKrBPIr7TsHaK1KrB55VkHnZ8QrpQ4QVMshv0DAWSfKdwlGAbmchJVQsRqxE_p-nN_PcumpftTWcBaXe1aLEhwpX9u17J3dH3F3CtgTyKNE_JeFcMW1_djCk/s400/Foto+Utama+Para+Model.jpg)
Tim Paulus yang terdiri dari OSIS sangat selektif dalam memilih bahan baku pembuatan kostum, mereka memutuskan untuk menggunakan bahan-bahan bekas sebagai bahan baku. Selain harganya murah dan mudah didapatkan,bahan juga harus ramah lingkungan tentunya mengingat budget yang cukup kecil jadi harus lebih cerdas mengakalinya. Karena tema yang diusung adalah bunga maka diputuskan membagi- bagi kostum menjadi beberapa kategori. Dengan tema bunga berbagai musim dan tak lupa tema yang elegan dan esentrik. Ada yang terbuat dari kertas, koran bekas ada pula yang terbuat dari gelas minuman bekas dan kain. Untuk mendapatkan semua itu tidaklah mudah tim Paulus harus rela menjadi pemulung demi menggumpulkan gelas bekas minuman di kantin, belum lagi harus membersihkannya. Gelas pelastik bekas memang terlihat seperti sampah dimata kita namun ditangan Ivan ( anggota OSIS ) gelas pelastik itu disulap menjadi gaun yang indah yang dipakai dengan sangat apik oleh Givanny dengan balutan warna hijau serta pembawaan givanny yang berani membuat karya itu semakin hidup. Tidak sampai disitu saja, masih ada kendala baru yaitu baju yang terbuat dari kain tidak bisa menggembang. Akhirnya salah satu tim Paulus bernama Ivan mendapat ide yang unik. Ia membuat kerangkeng dari kawat yang menyerupai kerangkeng gaun yang biasa dipakai oleh pengantin dan yang nantinya akan diikatkan pada tubuh model. Dan alhasil usahanya tidak sia-sia kain dapat menggembang dengan sempurna. Banyak dari teman-teman yang menyangka bahwa baju yang berbahan kain itu dipesan. Tapi pada kenyataanya tidak sama sekali, baju itu didesain dan dijahit sendiri. Serasa menjadi penjahit professional dalam sehari ucap salah seorang tim sukses sambil nyengir.
Tim Paulus kali ini memang harus diacungi jempol, mereka tidak ingin kerja setengah-setengah. Dari ujung kepala hingga ujung kaki harus ada dekorasi bunga dan harus sempurna. Mereka memutuskan untuk mencari sepatu bekas yang sudah hampir rusak. Setelah mendapatkannya mereka mendekorasi sepatu tersebut dengan bunga-bunga kertas berbagai warna. Sepatu yang semulanya tampak usang telah disulap menjadi sesuatu yang memiliki nilai seni yang tinggi. Yang paling menarik perhatian adalah sepatu milik Eylen Gowsa, warna bunga mawar yang oranges dan kuning membuat sepatu itu semakin kontras, dan mengundang perhatian siapa saja untuk melihatnya. Selain mendekor sepatu, tata rias model pun sangat diperhatikan. Bukannya tidak mau menerima atau mengambil bantuan dari orang luar. Namun mereka ingin semua karya yang akan ditampilkan nanti adalah karya orisinil 100% kreasi anak Paulus. Dalam hal make up Eylen Gowsa dan Noviana, Cindy rela browsing dan berlatih untuk mendapatkan make up yang cocok untuk setiap tema yang dikenakan pada model. Yang membuat pusing adalah make up bertema Es yang memang cukup sulit untuk dilakukan. Mereka ditantang harus bisa menampilkan kesan membeku pada model. Dan pada akhirnya mereka berhasil mengatasi semua kesulitan itu. Walau kedua model bertema “winter” Andi dan Yanti harus bolak balik WC menghapus riasan yang salah. Saat hari H semakin dekat tim Paulus pun mulai bekerja ekstra. Waktu tinggal menghitung mundur hanya tersisa 2 hari sebelum hari H dan masih ada 6 pasang kostum yang belum rampung. Semua itu membuat tim Paulus pusing bukan main. Belum lagi kostum kertas yang terkadang mengalami sedikit kerusakan serta banyak hal yang tak terduga lainnya. Namun ditengah kebingungan muncul ide-ide unik seperti topi sulap milik pasangan Michail dan Viona yang cukup menarik perhatian. Walau begitu, mereka tetap harus bekerja agar semua kostum bisa selesai tepat pada waktunya. Bayangkan saja pagi mereka harus belajar, pulang sekolah harus segera mengerjakan kostum. Belum lagi mereka harus ketinggalan pelajaran serta harus mengerjakan PR yang sudah menumpuk seperti gunung dan harus membereskan ruang multimedia setiap hari sebelum pulang sekolah, sama sekali tidak ada waktu untuk beristirahat apalagi untuk tidur. Kesulitan mereka bertambah saat pihak sekolah mengatakan bahwa hari ini mereka tidak dapat memakai ruangan multimedia.
Tim sukses tidak putus asa sampai disitu mereka memindahkan semua barang yang ada di multimedia yang tentunya tidak sedikit dengan menggunakan motor ke rumah salah satu tim sukses yaitu Cindy. Semua telah mereka alami dari kehujanan, tidak mandi seharian,memakai seragam sekolah dari pagi hingga larut malam, memulung,makan sepiring bersepuluh,kehilangan barang karena ruangan yang berantakan, seperti orang yang hendak mengungsi, stress akibat tugas yang menumpuk, dikejar-kejar waktu,nginap dan begadang mengerjakan kostum sehari sebelum hari H, dimarahi orang tua dan yang paling ironis semua telah merasakan panasnya terkena lem lilin yang tentunya sukses membuat tangan semua tim sukses melepuh! Tim Paulus benar-benar capek bukan main, mereka sudah lama merindukan sesuatu yaitu tidur! Namun mereka tidak bisa tenang sampai semua selesai di hari H. Bahkan salah satu dari tim sukses tersedak air liur sendiri saat ketiduran yaitu Aristo, dan Clara,Vinnie, dan Sepiatin yang sampai tidak tidur untuk terus membuat bunga kertas. Sephen yang rela bolak balik untuk membeli barang bahkan Cori yang rela jauh-jauh membeli payung di Siantan. Ketakutan dan kekhawatiran pasti ada namun semua itu mereka lawan. Bayangkan saja mereka harus berjalan menggunakan kostum kertas dan saat itu hujan gerimis yang cukup membuat para model panic karena takut kostum mereka robek. Tapi mereka tetap gigih untuk mempersembahkan hadiah terbaik dari SMA Santo Paulus kepada Kota Pontianak yang merayakan hari jadinya yang ke 241. Rasa sakit di kaki dan rasa kantuk yang luar biasa hilang seketika saat mereka tampil. Semua kerja keras yang mereka lakukan kini telah mencapai puncaknya. Dengan bangga mereka menampilkan hasil karya orisinil dari SMA Santo Paulus. Berbagi kebahagiaan dengan semua orang yang saat itu menonton parade. Baju yang mulai sobek karena tetesan air tak mereka hiraukan. Mereka menebar senyum dan bunga kepada setiap orang yang mereka jumpai terutama kepada anak-anak kecil dan orang tua. Mereka cukup mendapat sambutan hangat dari para penonton tak jarang ada orang yang mengajak mereka untuk sekedar berfoto bareng. Setelah acara usai terlihat pundak salah satu model bernama Sepiatin memerah ini disebabkan oleh sayap merak yang harus Ia bawa saat berjalan dan cukup berat. Ditambah lagi kaki para model wanita yang melepuh karena harus memaksakan diri berjalan menggunakan sepatu berhak tinggi dalam rute yang jauh dan cukup lama. Sampai-sampai salah seorang model kami yang mengusung tema bunga musim gugur bernama Susan tidak masuk sekolah karena sakit penyebabnya kakinya sulit untuk berjalan. Semua ini memang suatu pengorbanan yang amat besar. Walaupun seperti itu merupakan momen yang sangat kami rindukan. Keberhasilan ini juga tak lepas dari support yang diberikan oleh teman-teman yang rela menonton hujan-hujanan serta tentunya dukungan dari pihak sekolah. Semua usaha dan kerja keras itulah yang telah membuahkan hasil hingga kami dapat menjadi juara , semua bisa dilakukan asal ada kemauan.Menang atau kalah itu adalah hal yang biasa. Yang terpenting adalah kerjasama dan pertemanan yang erat.
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/www.tinaborneo.blogspot.com/barang-bekas-bahan-dasar-lomba-fashion-road_552b95f86ea83463298b4569
Ruang multimedia
menjadi saksi bisu kerja keras siswa-siswi SMA Santo Paulus yang
mengikuti fashion road. Untuk menjadi nomor satu bukanlah hal yang
mudah, 30 orang siswa yang telah tergabung dalam tim sukses yakni 10
pasang model dan 10 desainer yang telah dibentuk harus rela berkorban
waktu dan tenaga, bahkan modelpun harus merangkap dalam mengerjakan
kostum ini.
Lima hari sebelum pelaksanaan sudah terlihat gundukan bunga kertas
aneka warna dan ukuran dimana-mana, ini dikarenakan tema yang diusung
tahun ini adalah BUNGA. Tim Paulus yang terdiri dari OSIS sangat
selektif dalam memilih bahan baku pembuatan kostum, mereka memutuskan
untuk menggunakan bahan-bahan bekas sebagai bahan baku. Selain harganya
murah dan mudah didapatkan,bahan juga harus ramah lingkungan tentunya
mengingat budget yang cukup kecil jadi harus lebih cerdas mengakalinya.
Karena tema yang diusung adalah bunga maka diputuskan membagi- bagi
kostum menjadi beberapa kategori. Dengan tema bunga berbagai musim dan
tak lupa tema yang elegan dan esentrik. Ada yang terbuat dari kertas,
koran bekas ada pula yang terbuat dari gelas minuman bekas dan kain.
Untuk mendapatkan semua itu tidaklah mudah tim Paulus harus rela
menjadi pemulung demi menggumpulkan gelas bekas minuman di kantin, belum
lagi harus membersihkannya. Gelas pelastik bekas memang terlihat
seperti sampah dimata kita namun ditangan Ivan ( anggota OSIS ) gelas
pelastik itu disulap menjadi gaun yang indah yang dipakai dengan sangat
apik oleh Givanny dengan balutan warna hijau serta pembawaan givanny
yang berani membuat karya itu semakin hidup.
Tidak sampai disitu saja, masih ada kendala baru yaitu baju yang terbuat
dari kain tidak bisa menggembang. Akhirnya salah satu tim Paulus
bernama Ivan mendapat ide yang unik. Ia membuat kerangkeng dari kawat
yang menyerupai kerangkeng gaun yang biasa dipakai oleh pengantin dan
yang nantinya akan diikatkan pada tubuh model. Dan alhasil usahanya
tidak sia-sia kain dapat menggembang dengan sempurna. Banyak dari
teman-teman yang menyangka bahwa baju yang berbahan kain itu dipesan.
Tapi pada kenyataanya tidak sama sekali, baju itu didesain dan dijahit
sendiri. Serasa menjadi penjahit professional dalam sehari ucap salah
seorang tim sukses sambil nyengir.
Tim Paulus kali ini memang harus diacungi jempol, mereka tidak ingin
kerja setengah-setengah. Dari ujung kepala hingga ujung kaki harus ada
dekorasi bunga dan harus sempurna. Mereka memutuskan untuk mencari
sepatu bekas yang sudah hampir rusak. Setelah mendapatkannya mereka
mendekorasi sepatu tersebut dengan bunga-bunga kertas berbagai warna.
Sepatu yang semulanya tampak usang telah disulap menjadi sesuatu yang
memiliki nilai seni yang tinggi. Yang paling menarik perhatian adalah
sepatu milik Eylen Gowsa, warna bunga mawar yang oranges dan kuning
membuat sepatu itu semakin kontras, dan mengundang perhatian siapa saja
untuk melihatnya.
Selain mendekor sepatu, tata rias model pun sangat diperhatikan.
Bukannya tidak mau menerima atau mengambil bantuan dari orang luar.
Namun mereka ingin semua karya yang akan ditampilkan nanti adalah karya
orisinil 100% kreasi anak Paulus. Dalam hal make up Eylen Gowsa dan
Noviana, Cindy rela browsing dan berlatih untuk mendapatkan make up yang
cocok untuk setiap tema yang dikenakan pada model. Yang membuat pusing
adalah make up bertema Es yang memang cukup sulit untuk dilakukan.
Mereka ditantang harus bisa menampilkan kesan membeku pada model. Dan
pada akhirnya mereka berhasil mengatasi semua kesulitan itu. Walau kedua
model bertema “winter” Andi dan Yanti harus bolak balik WC menghapus
riasan yang salah.
Saat hari H semakin dekat tim Paulus pun mulai bekerja ekstra. Waktu
tinggal menghitung mundur hanya tersisa 2 hari sebelum hari H dan masih
ada 6 pasang kostum yang belum rampung. Semua itu membuat tim Paulus
pusing bukan main. Belum lagi kostum kertas yang terkadang mengalami
sedikit kerusakan serta banyak hal yang tak terduga lainnya. Namun
ditengah kebingungan muncul ide-ide unik seperti topi sulap milik
pasangan Michail dan Viona yang cukup menarik perhatian. Walau begitu,
mereka tetap harus bekerja agar semua kostum bisa selesai tepat pada
waktunya. Bayangkan saja pagi mereka harus belajar, pulang sekolah harus
segera mengerjakan kostum. Belum lagi mereka harus ketinggalan
pelajaran serta harus mengerjakan PR yang sudah menumpuk seperti gunung
dan harus membereskan ruang multimedia setiap hari sebelum pulang
sekolah, sama sekali tidak ada waktu untuk beristirahat apalagi untuk
tidur.
Kesulitan mereka bertambah saat pihak sekolah mengatakan bahwa hari ini
mereka tidak dapat memakai ruangan multimedia. Tim sukses tidak putus
asa sampai disitu mereka memindahkan semua barang yang ada di multimedia
yang tentunya tidak sedikit dengan menggunakan motor ke rumah salah
satu tim sukses yaitu Cindy. Semua telah mereka alami dari kehujanan,
tidak mandi seharian,memakai seragam sekolah dari pagi hingga larut
malam, memulung,makan sepiring bersepuluh,kehilangan barang karena
ruangan yang berantakan, seperti orang yang hendak mengungsi, stress
akibat tugas yang menumpuk, dikejar-kejar waktu,nginap dan begadang
mengerjakan kostum sehari sebelum hari H, dimarahi orang tua dan yang
paling ironis semua telah merasakan panasnya terkena lem lilin yang
tentunya sukses membuat tangan semua tim sukses melepuh!
Tim Paulus benar-benar capek bukan main, mereka sudah lama merindukan
sesuatu yaitu tidur! Namun mereka tidak bisa tenang sampai semua selesai
di hari H. Bahkan salah satu dari tim sukses tersedak air liur sendiri
saat ketiduran yaitu Aristo, dan Clara,Vinnie, dan Sepiatin yang sampai
tidak tidur untuk terus membuat bunga kertas. Sephen yang rela bolak
balik untuk membeli barang bahkan Cori yang rela jauh-jauh membeli
payung di Siantan. Ketakutan dan kekhawatiran pasti ada namun semua itu
mereka lawan. Bayangkan saja mereka harus berjalan menggunakan kostum
kertas dan saat itu hujan gerimis yang cukup membuat para model panic
karena takut kostum mereka robek. Tapi mereka tetap gigih untuk
mempersembahkan hadiah terbaik dari SMA Santo Paulus kepada Kota
Pontianak yang merayakan hari jadinya yang ke 241.
Rasa sakit di kaki dan rasa kantuk yang luar biasa hilang seketika saat
mereka tampil. Semua kerja keras yang mereka lakukan kini telah mencapai
puncaknya. Dengan bangga mereka menampilkan hasil karya orisinil dari
SMA Santo Paulus. Berbagi kebahagiaan dengan semua orang yang saat itu
menonton parade. Baju yang mulai sobek karena tetesan air tak mereka
hiraukan. Mereka menebar senyum dan bunga kepada setiap orang yang
mereka jumpai terutama kepada anak-anak kecil dan orang tua. Mereka
cukup mendapat sambutan hangat dari para penonton tak jarang ada orang
yang mengajak mereka untuk sekedar berfoto bareng.
Setelah acara usai terlihat pundak salah satu model bernama Sepiatin
memerah ini disebabkan oleh sayap merak yang harus Ia bawa saat berjalan
dan cukup berat. Ditambah lagi kaki para model wanita yang melepuh
karena harus memaksakan diri berjalan menggunakan sepatu berhak tinggi
dalam rute yang jauh dan cukup lama. Sampai-sampai salah seorang model
kami yang mengusung tema bunga musim gugur bernama Susan tidak masuk
sekolah karena sakit penyebabnya kakinya sulit untuk berjalan. Semua ini
memang suatu pengorbanan yang amat besar. Walaupun seperti itu
merupakan momen yang sangat kami rindukan. Keberhasilan ini juga tak
lepas dari support yang diberikan oleh teman-teman yang rela menonton
hujan-hujanan serta tentunya dukungan dari pihak sekolah.
Semua usaha dan kerja keras itulah yang telah membuahkan hasil hingga
kami dapat menjadi juara , semua bisa dilakukan asal ada kemauan.Menang
atau kalah itu adalah hal yang biasa. Yang terpenting adalah kerjasama
dan pertemanan yang erat.
Selengkapnya :
http://www.kompasiana.com/www.tinaborneo.blogspot.com/barang-bekas-bahan-dasar-lomba-fashion-road_552b95f86ea83463298b4569
Ruang multimedia
menjadi saksi bisu kerja keras siswa-siswi SMA Santo Paulus yang
mengikuti fashion road. Untuk menjadi nomor satu bukanlah hal yang
mudah, 30 orang siswa yang telah tergabung dalam tim sukses yakni 10
pasang model dan 10 desainer yang telah dibentuk harus rela berkorban
waktu dan tenaga, bahkan modelpun harus merangkap dalam mengerjakan
kostum ini.
Lima hari sebelum pelaksanaan sudah terlihat gundukan bunga kertas
aneka warna dan ukuran dimana-mana, ini dikarenakan tema yang diusung
tahun ini adalah BUNGA. Tim Paulus yang terdiri dari OSIS sangat
selektif dalam memilih bahan baku pembuatan kostum, mereka memutuskan
untuk menggunakan bahan-bahan bekas sebagai bahan baku. Selain harganya
murah dan mudah didapatkan,bahan juga harus ramah lingkungan tentunya
mengingat budget yang cukup kecil jadi harus lebih cerdas mengakalinya.
Karena tema yang diusung adalah bunga maka diputuskan membagi- bagi
kostum menjadi beberapa kategori. Dengan tema bunga berbagai musim dan
tak lupa tema yang elegan dan esentrik. Ada yang terbuat dari kertas,
koran bekas ada pula yang terbuat dari gelas minuman bekas dan kain.
Untuk mendapatkan semua itu tidaklah mudah tim Paulus harus rela
menjadi pemulung demi menggumpulkan gelas bekas minuman di kantin, belum
lagi harus membersihkannya. Gelas pelastik bekas memang terlihat
seperti sampah dimata kita namun ditangan Ivan ( anggota OSIS ) gelas
pelastik itu disulap menjadi gaun yang indah yang dipakai dengan sangat
apik oleh Givanny dengan balutan warna hijau serta pembawaan givanny
yang berani membuat karya itu semakin hidup.
Tidak sampai disitu saja, masih ada kendala baru yaitu baju yang terbuat
dari kain tidak bisa menggembang. Akhirnya salah satu tim Paulus
bernama Ivan mendapat ide yang unik. Ia membuat kerangkeng dari kawat
yang menyerupai kerangkeng gaun yang biasa dipakai oleh pengantin dan
yang nantinya akan diikatkan pada tubuh model. Dan alhasil usahanya
tidak sia-sia kain dapat menggembang dengan sempurna. Banyak dari
teman-teman yang menyangka bahwa baju yang berbahan kain itu dipesan.
Tapi pada kenyataanya tidak sama sekali, baju itu didesain dan dijahit
sendiri. Serasa menjadi penjahit professional dalam sehari ucap salah
seorang tim sukses sambil nyengir.
Tim Paulus kali ini memang harus diacungi jempol, mereka tidak ingin
kerja setengah-setengah. Dari ujung kepala hingga ujung kaki harus ada
dekorasi bunga dan harus sempurna. Mereka memutuskan untuk mencari
sepatu bekas yang sudah hampir rusak. Setelah mendapatkannya mereka
mendekorasi sepatu tersebut dengan bunga-bunga kertas berbagai warna.
Sepatu yang semulanya tampak usang telah disulap menjadi sesuatu yang
memiliki nilai seni yang tinggi. Yang paling menarik perhatian adalah
sepatu milik Eylen Gowsa, warna bunga mawar yang oranges dan kuning
membuat sepatu itu semakin kontras, dan mengundang perhatian siapa saja
untuk melihatnya.
Selain mendekor sepatu, tata rias model pun sangat diperhatikan.
Bukannya tidak mau menerima atau mengambil bantuan dari orang luar.
Namun mereka ingin semua karya yang akan ditampilkan nanti adalah karya
orisinil 100% kreasi anak Paulus. Dalam hal make up Eylen Gowsa dan
Noviana, Cindy rela browsing dan berlatih untuk mendapatkan make up yang
cocok untuk setiap tema yang dikenakan pada model. Yang membuat pusing
adalah make up bertema Es yang memang cukup sulit untuk dilakukan.
Mereka ditantang harus bisa menampilkan kesan membeku pada model. Dan
pada akhirnya mereka berhasil mengatasi semua kesulitan itu. Walau kedua
model bertema “winter” Andi dan Yanti harus bolak balik WC menghapus
riasan yang salah.
Saat hari H semakin dekat tim Paulus pun mulai bekerja ekstra. Waktu
tinggal menghitung mundur hanya tersisa 2 hari sebelum hari H dan masih
ada 6 pasang kostum yang belum rampung. Semua itu membuat tim Paulus
pusing bukan main. Belum lagi kostum kertas yang terkadang mengalami
sedikit kerusakan serta banyak hal yang tak terduga lainnya. Namun
ditengah kebingungan muncul ide-ide unik seperti topi sulap milik
pasangan Michail dan Viona yang cukup menarik perhatian. Walau begitu,
mereka tetap harus bekerja agar semua kostum bisa selesai tepat pada
waktunya. Bayangkan saja pagi mereka harus belajar, pulang sekolah harus
segera mengerjakan kostum. Belum lagi mereka harus ketinggalan
pelajaran serta harus mengerjakan PR yang sudah menumpuk seperti gunung
dan harus membereskan ruang multimedia setiap hari sebelum pulang
sekolah, sama sekali tidak ada waktu untuk beristirahat apalagi untuk
tidur.
Kesulitan mereka bertambah saat pihak sekolah mengatakan bahwa hari ini
mereka tidak dapat memakai ruangan multimedia. Tim sukses tidak putus
asa sampai disitu mereka memindahkan semua barang yang ada di multimedia
yang tentunya tidak sedikit dengan menggunakan motor ke rumah salah
satu tim sukses yaitu Cindy. Semua telah mereka alami dari kehujanan,
tidak mandi seharian,memakai seragam sekolah dari pagi hingga larut
malam, memulung,makan sepiring bersepuluh,kehilangan barang karena
ruangan yang berantakan, seperti orang yang hendak mengungsi, stress
akibat tugas yang menumpuk, dikejar-kejar waktu,nginap dan begadang
mengerjakan kostum sehari sebelum hari H, dimarahi orang tua dan yang
paling ironis semua telah merasakan panasnya terkena lem lilin yang
tentunya sukses membuat tangan semua tim sukses melepuh!
Tim Paulus benar-benar capek bukan main, mereka sudah lama merindukan
sesuatu yaitu tidur! Namun mereka tidak bisa tenang sampai semua selesai
di hari H. Bahkan salah satu dari tim sukses tersedak air liur sendiri
saat ketiduran yaitu Aristo, dan Clara,Vinnie, dan Sepiatin yang sampai
tidak tidur untuk terus membuat bunga kertas. Sephen yang rela bolak
balik untuk membeli barang bahkan Cori yang rela jauh-jauh membeli
payung di Siantan. Ketakutan dan kekhawatiran pasti ada namun semua itu
mereka lawan. Bayangkan saja mereka harus berjalan menggunakan kostum
kertas dan saat itu hujan gerimis yang cukup membuat para model panic
karena takut kostum mereka robek. Tapi mereka tetap gigih untuk
mempersembahkan hadiah terbaik dari SMA Santo Paulus kepada Kota
Pontianak yang merayakan hari jadinya yang ke 241.
Rasa sakit di kaki dan rasa kantuk yang luar biasa hilang seketika saat
mereka tampil. Semua kerja keras yang mereka lakukan kini telah mencapai
puncaknya. Dengan bangga mereka menampilkan hasil karya orisinil dari
SMA Santo Paulus. Berbagi kebahagiaan dengan semua orang yang saat itu
menonton parade. Baju yang mulai sobek karena tetesan air tak mereka
hiraukan. Mereka menebar senyum dan bunga kepada setiap orang yang
mereka jumpai terutama kepada anak-anak kecil dan orang tua. Mereka
cukup mendapat sambutan hangat dari para penonton tak jarang ada orang
yang mengajak mereka untuk sekedar berfoto bareng.
Setelah acara usai terlihat pundak salah satu model bernama Sepiatin
memerah ini disebabkan oleh sayap merak yang harus Ia bawa saat berjalan
dan cukup berat. Ditambah lagi kaki para model wanita yang melepuh
karena harus memaksakan diri berjalan menggunakan sepatu berhak tinggi
dalam rute yang jauh dan cukup lama. Sampai-sampai salah seorang model
kami yang mengusung tema bunga musim gugur bernama Susan tidak masuk
sekolah karena sakit penyebabnya kakinya sulit untuk berjalan. Semua ini
memang suatu pengorbanan yang amat besar. Walaupun seperti itu
merupakan momen yang sangat kami rindukan. Keberhasilan ini juga tak
lepas dari support yang diberikan oleh teman-teman yang rela menonton
hujan-hujanan serta tentunya dukungan dari pihak sekolah.
Semua usaha dan kerja keras itulah yang telah membuahkan hasil hingga
kami dapat menjadi juara , semua bisa dilakukan asal ada kemauan.Menang
atau kalah itu adalah hal yang biasa. Yang terpenting adalah kerjasama
dan pertemanan yang erat.
Selengkapnya :
http://www.kompasiana.com/www.tinaborneo.blogspot.com/barang-bekas-bahan-dasar-lomba-fashion-road_552b95f86ea83463298b4569
Ruang multimedia
menjadi saksi bisu kerja keras siswa-siswi SMA Santo Paulus yang
mengikuti fashion road. Untuk menjadi nomor satu bukanlah hal yang
mudah, 30 orang siswa yang telah tergabung dalam tim sukses yakni 10
pasang model dan 10 desainer yang telah dibentuk harus rela berkorban
waktu dan tenaga, bahkan modelpun harus merangkap dalam mengerjakan
kostum ini.
Lima hari sebelum pelaksanaan sudah terlihat gundukan bunga kertas
aneka warna dan ukuran dimana-mana, ini dikarenakan tema yang diusung
tahun ini adalah BUNGA. Tim Paulus yang terdiri dari OSIS sangat
selektif dalam memilih bahan baku pembuatan kostum, mereka memutuskan
untuk menggunakan bahan-bahan bekas sebagai bahan baku. Selain harganya
murah dan mudah didapatkan,bahan juga harus ramah lingkungan tentunya
mengingat budget yang cukup kecil jadi harus lebih cerdas mengakalinya.
Karena tema yang diusung adalah bunga maka diputuskan membagi- bagi
kostum menjadi beberapa kategori. Dengan tema bunga berbagai musim dan
tak lupa tema yang elegan dan esentrik. Ada yang terbuat dari kertas,
koran bekas ada pula yang terbuat dari gelas minuman bekas dan kain.
Untuk mendapatkan semua itu tidaklah mudah tim Paulus harus rela
menjadi pemulung demi menggumpulkan gelas bekas minuman di kantin, belum
lagi harus membersihkannya. Gelas pelastik bekas memang terlihat
seperti sampah dimata kita namun ditangan Ivan ( anggota OSIS ) gelas
pelastik itu disulap menjadi gaun yang indah yang dipakai dengan sangat
apik oleh Givanny dengan balutan warna hijau serta pembawaan givanny
yang berani membuat karya itu semakin hidup.
Tidak sampai disitu saja, masih ada kendala baru yaitu baju yang terbuat
dari kain tidak bisa menggembang. Akhirnya salah satu tim Paulus
bernama Ivan mendapat ide yang unik. Ia membuat kerangkeng dari kawat
yang menyerupai kerangkeng gaun yang biasa dipakai oleh pengantin dan
yang nantinya akan diikatkan pada tubuh model. Dan alhasil usahanya
tidak sia-sia kain dapat menggembang dengan sempurna. Banyak dari
teman-teman yang menyangka bahwa baju yang berbahan kain itu dipesan.
Tapi pada kenyataanya tidak sama sekali, baju itu didesain dan dijahit
sendiri. Serasa menjadi penjahit professional dalam sehari ucap salah
seorang tim sukses sambil nyengir.
Tim Paulus kali ini memang harus diacungi jempol, mereka tidak ingin
kerja setengah-setengah. Dari ujung kepala hingga ujung kaki harus ada
dekorasi bunga dan harus sempurna. Mereka memutuskan untuk mencari
sepatu bekas yang sudah hampir rusak. Setelah mendapatkannya mereka
mendekorasi sepatu tersebut dengan bunga-bunga kertas berbagai warna.
Sepatu yang semulanya tampak usang telah disulap menjadi sesuatu yang
memiliki nilai seni yang tinggi. Yang paling menarik perhatian adalah
sepatu milik Eylen Gowsa, warna bunga mawar yang oranges dan kuning
membuat sepatu itu semakin kontras, dan mengundang perhatian siapa saja
untuk melihatnya.
Selain mendekor sepatu, tata rias model pun sangat diperhatikan.
Bukannya tidak mau menerima atau mengambil bantuan dari orang luar.
Namun mereka ingin semua karya yang akan ditampilkan nanti adalah karya
orisinil 100% kreasi anak Paulus. Dalam hal make up Eylen Gowsa dan
Noviana, Cindy rela browsing dan berlatih untuk mendapatkan make up yang
cocok untuk setiap tema yang dikenakan pada model. Yang membuat pusing
adalah make up bertema Es yang memang cukup sulit untuk dilakukan.
Mereka ditantang harus bisa menampilkan kesan membeku pada model. Dan
pada akhirnya mereka berhasil mengatasi semua kesulitan itu. Walau kedua
model bertema “winter” Andi dan Yanti harus bolak balik WC menghapus
riasan yang salah.
Saat hari H semakin dekat tim Paulus pun mulai bekerja ekstra. Waktu
tinggal menghitung mundur hanya tersisa 2 hari sebelum hari H dan masih
ada 6 pasang kostum yang belum rampung. Semua itu membuat tim Paulus
pusing bukan main. Belum lagi kostum kertas yang terkadang mengalami
sedikit kerusakan serta banyak hal yang tak terduga lainnya. Namun
ditengah kebingungan muncul ide-ide unik seperti topi sulap milik
pasangan Michail dan Viona yang cukup menarik perhatian. Walau begitu,
mereka tetap harus bekerja agar semua kostum bisa selesai tepat pada
waktunya. Bayangkan saja pagi mereka harus belajar, pulang sekolah harus
segera mengerjakan kostum. Belum lagi mereka harus ketinggalan
pelajaran serta harus mengerjakan PR yang sudah menumpuk seperti gunung
dan harus membereskan ruang multimedia setiap hari sebelum pulang
sekolah, sama sekali tidak ada waktu untuk beristirahat apalagi untuk
tidur.
Kesulitan mereka bertambah saat pihak sekolah mengatakan bahwa hari ini
mereka tidak dapat memakai ruangan multimedia. Tim sukses tidak putus
asa sampai disitu mereka memindahkan semua barang yang ada di multimedia
yang tentunya tidak sedikit dengan menggunakan motor ke rumah salah
satu tim sukses yaitu Cindy. Semua telah mereka alami dari kehujanan,
tidak mandi seharian,memakai seragam sekolah dari pagi hingga larut
malam, memulung,makan sepiring bersepuluh,kehilangan barang karena
ruangan yang berantakan, seperti orang yang hendak mengungsi, stress
akibat tugas yang menumpuk, dikejar-kejar waktu,nginap dan begadang
mengerjakan kostum sehari sebelum hari H, dimarahi orang tua dan yang
paling ironis semua telah merasakan panasnya terkena lem lilin yang
tentunya sukses membuat tangan semua tim sukses melepuh!
Tim Paulus benar-benar capek bukan main, mereka sudah lama merindukan
sesuatu yaitu tidur! Namun mereka tidak bisa tenang sampai semua selesai
di hari H. Bahkan salah satu dari tim sukses tersedak air liur sendiri
saat ketiduran yaitu Aristo, dan Clara,Vinnie, dan Sepiatin yang sampai
tidak tidur untuk terus membuat bunga kertas. Sephen yang rela bolak
balik untuk membeli barang bahkan Cori yang rela jauh-jauh membeli
payung di Siantan. Ketakutan dan kekhawatiran pasti ada namun semua itu
mereka lawan. Bayangkan saja mereka harus berjalan menggunakan kostum
kertas dan saat itu hujan gerimis yang cukup membuat para model panic
karena takut kostum mereka robek. Tapi mereka tetap gigih untuk
mempersembahkan hadiah terbaik dari SMA Santo Paulus kepada Kota
Pontianak yang merayakan hari jadinya yang ke 241.
Rasa sakit di kaki dan rasa kantuk yang luar biasa hilang seketika saat
mereka tampil. Semua kerja keras yang mereka lakukan kini telah mencapai
puncaknya. Dengan bangga mereka menampilkan hasil karya orisinil dari
SMA Santo Paulus. Berbagi kebahagiaan dengan semua orang yang saat itu
menonton parade. Baju yang mulai sobek karena tetesan air tak mereka
hiraukan. Mereka menebar senyum dan bunga kepada setiap orang yang
mereka jumpai terutama kepada anak-anak kecil dan orang tua. Mereka
cukup mendapat sambutan hangat dari para penonton tak jarang ada orang
yang mengajak mereka untuk sekedar berfoto bareng.
Setelah acara usai terlihat pundak salah satu model bernama Sepiatin
memerah ini disebabkan oleh sayap merak yang harus Ia bawa saat berjalan
dan cukup berat. Ditambah lagi kaki para model wanita yang melepuh
karena harus memaksakan diri berjalan menggunakan sepatu berhak tinggi
dalam rute yang jauh dan cukup lama. Sampai-sampai salah seorang model
kami yang mengusung tema bunga musim gugur bernama Susan tidak masuk
sekolah karena sakit penyebabnya kakinya sulit untuk berjalan. Semua ini
memang suatu pengorbanan yang amat besar. Walaupun seperti itu
merupakan momen yang sangat kami rindukan. Keberhasilan ini juga tak
lepas dari support yang diberikan oleh teman-teman yang rela menonton
hujan-hujanan serta tentunya dukungan dari pihak sekolah.
Semua usaha dan kerja keras itulah yang telah membuahkan hasil hingga
kami dapat menjadi juara , semua bisa dilakukan asal ada kemauan.Menang
atau kalah itu adalah hal yang biasa. Yang terpenting adalah kerjasama
dan pertemanan yang erat.
Selengkapnya :
http://www.kompasiana.com/www.tinaborneo.blogspot.com/barang-bekas-bahan-dasar-lomba-fashion-road_552b95f86ea83463298b4569