Bukit Jamur Bengkayang

AS

West Borneo

Alam Kalimantan

Terima kasih Tuhan untuk anugerah ini

Merah Putih

Bhinneka Tunggal Ika

Bersatu dalam keberagaman

Alam Indonesia yang indah

Rabu, 23 November 2016

Asah Bakat Menulis Sejak Dini

 Varia adalah nama sebuah buletin yang digawangi oleh siswa-siswi SMA St Paulus. Tahun Ajaran 2014/2015 ini, awak redaksi Varia berjumlah 30 orang. Mereka adalah siswa kelas X sampai XII yang punya minat di bidang menulis. “Ada yang bertugas meliput acara-acara sekolah, ada yang bertugas memotret, ada yang bertugas mengedit, dan ada yang bertugas layout. Jadi masing-masing sudah tahu tugasnya,” jelas Ketua Redaksi Varia, Zhazha Litina. Siswi kelas XII IPA ini mengisahkan, pekerjaan berat yang sudah jadi santapan wajibnya jelang Varia terbit adalah mengumpulkan berita dari rekan-rekannya. Ia menyebut sebagai pekerjaan berat karena di saat itulah ia ditantang untuk mengedit tulisan rekan-rekan sendiri. “Ada tulisan yang sudah bagus, ada juga yang masih mentah sehingga saya harus bekerja keras untuk mengedit. Saya juga sadar bahwa di situlah saya bisa belajar soal tulis menulis yang baik dan benar,” ujar penyuka novel dan cerita pendek ini. Imbas lanjutnya ialah ia harus menyediakan banyak waktu untuk proses edit. Kadang ia lembur hingga malam di sekolah. Atau, ia akan membawa pulang sebagian naskah untuk dikerjakan di rumah. Namun, rasa lelah berubah sumringah kala Varia telah terbit. Katanya, “Senang sekali kalau sudah terbit dan teman-teman mau membacanya. Artinya, karya saya dan teman-teman di Varia dihargai.” Arena Praktik Guru Pendamping Varia, Agustina, menuturkan bahwa Varia semacam arena praktik untuk siswa-siswi St Paulus. Varia merupakan bagian dari salah satu kegiatan ekstrakurikuler (Ekskul) sekolah. “Di kelas siswa-siswi belajar teori jurnalistik dalam pelajaran bahasa Indonesia. Di sinilah tempat untuk merealisasikan apa yang mereka pelajari itu.” Perekrutan anggota redaksi biasanya dilakukan pada awal tahun ajaran. Pada masa orientasi sekolah, tim Varia akan menawarkan kepada siswa-siswi baru untuk memilih Varia sebagai salah satu kegiatan ekstrakurikuler. Namun, itu bukan berarti hanya mencatatkan nama lalu selesai. Kata Agustina, “Kalau ada anggota yang tidak pernah aktif ia akan saya peringatkan atau dianjurkan untuk memilih kegiatan ekskul yang lain.” Sampai sekarang waktu terbit Varia tidak tentu, tergantung kesiapan para awaknya. Namun yang pasti, tiap tahun pasti ada terbitan. Untuk tahun ajaran saat ini, Varia sudah terbit dua kali. Sementara pada tahun ajaran sebelumnya, Varia malah menembus lima kali terbit. “Kalau mereka lagi ada banyak tugas atau menghadapi ujian, ya kami tangguhkan dulu. Toh kita bukan majalah bisnis yang wajib terbit. Kegiatan utama para siswa adalah belajar. Ini hanya sebagai salah satu pilihan untuk mengembangkan bakat,” jelas Agustina. Tentunya, lanjut Agustina, Varia yang sudah terbit sejak 1960-an ini jangan sampai mati.

Mula-mula, Varia adalah media tulis yang dikelola oleh para bruder MTB. Lama-kelamaan, dirasa penting untuk melibatkan para siswa. Karena, lewat Varia siswa-siswi diajak untuk mengasah kemampuan menulisnya sejak dini. Soal kesempatan belajar ini dialami pula oleh Ielfandi Endrian. Meski baru di kelas X, ia sudah diberi tanggung jawab sebagai fotografer. Tiap ada kegiatan sekolah ia bertugas mengabadikan momen-momen itu, entah dengan kamera maupun dengan handphone. Endrian mengaku, kesulitan yang ia hadapi adalah saat harus memotret di acara-acara besar yang banyak dihadiri undangan. “Canggung, Mas. Rasanya kok semua orang kayak ngliatin kita terus,” ujarnya sambil tertawa. Hal senada disampaikan oleh mantan Ketua Redaksi Varia, Dessyana Natalia. Ia mengaku bisa menimba banyak pengalaman soal dunia jurnalistik lewat Varia. Ia juga belajar membagi waktu antara belajar, menyelesaikan tugas-tugas sekolah, dan menyiapkan bahan tulisan untuk terbitan Varia. “Tapi, enak kok gabung sama Varia. Kalau ada acara-acara, bisa ikut pergi ke mana-mana dan masuk gratis. Kan tugas kita meliput,” kata pengagum host ternama Najwa Shihab ini, sembari tertawa. Terus Berbenah Sejauh ini, pembaca Varia adalah siswa-siswi SMA St Paulus, orangtua siwa, dan para alumni. Sekali terbit, Varia menyebar sekitar 500 eksemplar. Di dalamnya memuat kegiatan sekolah, profil para guru, hingga karya komik siswa SMA St Paulus. Bahkan, dalam tiap edisi, tak ketinggalan juga ditampilkan karya siswa di bidang fashion yang banyak digemari para siswa SMA St Paulus. “Mereka sendiri yang saling berbagi. Karya fashion mereka ditulis oleh temannya, dan dibaca lagi oleh mereka semua. Jadi, secara tidak langsung terjadi proses belajar di antara mereka. Kami sebagai guru hanya mengarahkan atau mengoreksi bila ada kekeliruan,” tandas Bruder Vianney.

Ketua Osis SMA Paulus Willy Robertus Leonardo berharap agar Varia terus berkembang. Tentunya, perkembangan itu perlu diimbangi dengan keuletan menulis para pengelola “Tulisan-tulisan memang masih perlu diolah lagi agar lebih matang. Tapi, namanya juga proses belajar, ke depan teman-teman bisa memperbaiki-nya lagi,” kata siswa kelas XI IPS E ini. Apapun hasilnya, Varia hadir sebagai bukti karya siswa-siswi SMA St Paulus yang mencintai jurnalistik. Bibit-bibit menulis sudah tumbuh. Tinggal bagaimana merawatnya agar tetap berkembang dan menghasilkan buah. Stefanus P. Elu - See more at: http://www.hidupkatolik.com/2015/05/04/varia-asah-bakat-menulis-sejak-dini?utm_source=dlvr.it&utm_medium=facebook#sthash.MlHR9XCR.dpuf

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/www.tinaborneo.blogspot.com/asah-bakat-menulis-sejak-dini_55487be7af7e615a0f8b456c

Selasa, 22 November 2016

Barang Bekas Bahan Lomba Fashion Road

Ruang multimedia menjadi saksi bisu kerja keras siswa-siswi SMA Santo Paulus yang mengikuti fashion road. Untuk menjadi nomor satu bukanlah hal yang mudah, 30 orang siswa yang telah tergabung dalam tim sukses yakni 10 pasang model dan 10 desainer yang telah dibentuk harus rela berkorban waktu dan tenaga, bahkan modelpun harus merangkap dalam mengerjakan kostum ini. Lima hari sebelum pelaksanaan sudah terlihat gundukan bunga kertas aneka warna dan ukuran dimana-mana, ini dikarenakan tema yang diusung tahun ini adalah BUNGA.

Tim Paulus yang terdiri dari OSIS sangat selektif dalam memilih bahan baku pembuatan kostum, mereka memutuskan untuk menggunakan bahan-bahan bekas sebagai bahan baku. Selain harganya murah dan mudah didapatkan,bahan juga harus ramah lingkungan tentunya mengingat budget yang cukup kecil jadi harus lebih cerdas mengakalinya. Karena tema yang diusung adalah bunga maka diputuskan membagi- bagi kostum menjadi beberapa kategori. Dengan tema bunga berbagai musim dan tak lupa tema yang elegan dan esentrik. Ada yang terbuat dari kertas, koran bekas ada pula yang terbuat dari gelas minuman bekas dan kain. Untuk mendapatkan semua itu tidaklah mudah tim Paulus harus rela menjadi pemulung demi menggumpulkan gelas bekas minuman di kantin, belum lagi harus membersihkannya. Gelas pelastik bekas memang terlihat seperti sampah dimata kita namun ditangan Ivan ( anggota OSIS ) gelas pelastik itu disulap menjadi gaun yang indah yang dipakai dengan sangat apik oleh Givanny dengan balutan warna hijau serta pembawaan givanny yang berani membuat karya itu semakin hidup. Tidak sampai disitu saja, masih ada kendala baru yaitu baju yang terbuat dari kain tidak bisa menggembang. Akhirnya salah satu tim Paulus bernama Ivan mendapat ide yang unik. Ia membuat kerangkeng dari kawat yang menyerupai kerangkeng gaun yang biasa dipakai oleh pengantin dan yang nantinya akan diikatkan pada tubuh model. Dan alhasil usahanya tidak sia-sia kain dapat menggembang dengan sempurna. Banyak dari teman-teman yang menyangka bahwa baju yang berbahan kain itu dipesan. Tapi pada kenyataanya tidak sama sekali, baju itu didesain dan dijahit sendiri. Serasa menjadi penjahit professional dalam sehari ucap salah seorang tim sukses sambil nyengir.

Tim Paulus kali ini memang harus diacungi jempol, mereka tidak ingin kerja setengah-setengah. Dari ujung kepala hingga ujung kaki harus ada dekorasi bunga dan harus sempurna. Mereka memutuskan untuk mencari sepatu bekas yang sudah hampir rusak. Setelah mendapatkannya mereka mendekorasi sepatu tersebut dengan bunga-bunga kertas berbagai warna. Sepatu yang semulanya tampak usang telah disulap menjadi sesuatu yang memiliki nilai seni yang tinggi. Yang paling menarik perhatian adalah sepatu milik Eylen Gowsa, warna bunga mawar yang oranges dan kuning membuat sepatu itu semakin kontras, dan mengundang perhatian siapa saja untuk melihatnya. Selain mendekor sepatu, tata rias model pun sangat diperhatikan. Bukannya tidak mau menerima atau mengambil bantuan dari orang luar. Namun mereka ingin semua karya yang akan ditampilkan nanti adalah karya orisinil 100% kreasi anak Paulus. Dalam hal make up Eylen Gowsa dan Noviana, Cindy rela browsing dan berlatih untuk mendapatkan make up yang cocok untuk setiap tema yang dikenakan pada model. Yang membuat pusing adalah make up bertema Es yang memang cukup sulit untuk dilakukan. Mereka ditantang harus bisa menampilkan kesan membeku pada model. Dan pada akhirnya mereka berhasil mengatasi semua kesulitan itu. Walau kedua model bertema “winter” Andi dan Yanti harus bolak balik WC menghapus riasan yang salah. Saat hari H semakin dekat tim Paulus pun mulai bekerja ekstra. Waktu tinggal menghitung mundur hanya tersisa 2 hari sebelum hari H dan masih ada 6 pasang kostum yang belum rampung. Semua itu membuat tim Paulus pusing bukan main. Belum lagi kostum kertas yang terkadang mengalami sedikit kerusakan serta banyak hal yang tak terduga lainnya. Namun ditengah kebingungan muncul ide-ide unik seperti topi sulap milik pasangan Michail dan Viona yang cukup menarik perhatian. Walau begitu, mereka tetap harus bekerja agar semua kostum bisa selesai tepat pada waktunya. Bayangkan saja pagi mereka harus belajar, pulang sekolah harus segera mengerjakan kostum. Belum lagi mereka harus ketinggalan pelajaran serta harus mengerjakan PR yang sudah menumpuk seperti gunung dan harus membereskan ruang multimedia setiap hari sebelum pulang sekolah, sama sekali tidak ada waktu untuk beristirahat apalagi untuk tidur. Kesulitan mereka bertambah saat pihak sekolah mengatakan bahwa hari ini mereka tidak dapat memakai ruangan multimedia.

Tim sukses tidak putus asa sampai disitu mereka memindahkan semua barang yang ada di multimedia yang tentunya tidak sedikit dengan menggunakan motor ke rumah salah satu tim sukses yaitu Cindy. Semua telah mereka alami dari kehujanan, tidak mandi seharian,memakai seragam sekolah dari pagi hingga larut malam, memulung,makan sepiring bersepuluh,kehilangan barang karena ruangan yang berantakan, seperti orang yang hendak mengungsi, stress akibat tugas yang menumpuk, dikejar-kejar waktu,nginap dan begadang mengerjakan kostum sehari sebelum hari H, dimarahi orang tua dan yang paling ironis semua telah merasakan panasnya terkena lem lilin yang tentunya sukses membuat tangan semua tim sukses melepuh! Tim Paulus benar-benar capek bukan main, mereka sudah lama merindukan sesuatu yaitu tidur! Namun mereka tidak bisa tenang sampai semua selesai di hari H. Bahkan salah satu dari tim sukses tersedak air liur sendiri saat ketiduran yaitu Aristo, dan Clara,Vinnie, dan Sepiatin yang sampai tidak tidur untuk terus membuat bunga kertas. Sephen yang rela bolak balik untuk membeli barang bahkan Cori yang rela jauh-jauh membeli payung di Siantan. Ketakutan dan kekhawatiran pasti ada namun semua itu mereka lawan. Bayangkan saja mereka harus berjalan menggunakan kostum kertas dan saat itu hujan gerimis yang cukup membuat para model panic karena takut kostum mereka robek. Tapi mereka tetap gigih untuk mempersembahkan hadiah terbaik dari SMA Santo Paulus kepada Kota Pontianak yang merayakan hari jadinya yang ke 241. Rasa sakit di kaki dan rasa kantuk yang luar biasa hilang seketika saat mereka tampil. Semua kerja keras yang mereka lakukan kini telah mencapai puncaknya. Dengan bangga mereka menampilkan hasil karya orisinil dari SMA Santo Paulus. Berbagi kebahagiaan dengan semua orang yang saat itu menonton parade. Baju yang mulai sobek karena tetesan air tak mereka hiraukan. Mereka menebar senyum dan bunga kepada setiap orang yang mereka jumpai terutama kepada anak-anak kecil dan orang tua. Mereka cukup mendapat sambutan hangat dari para penonton tak jarang ada orang yang mengajak mereka untuk sekedar berfoto bareng. Setelah acara usai terlihat pundak salah satu model bernama Sepiatin memerah ini disebabkan oleh sayap merak yang harus Ia bawa saat berjalan dan cukup berat. Ditambah lagi kaki para model wanita yang melepuh karena harus memaksakan diri berjalan menggunakan sepatu berhak tinggi dalam rute yang jauh dan cukup lama. Sampai-sampai salah seorang model kami yang mengusung tema bunga musim gugur bernama Susan tidak masuk sekolah karena sakit penyebabnya kakinya sulit untuk berjalan. Semua ini memang suatu pengorbanan yang amat besar. Walaupun seperti itu merupakan momen yang sangat kami rindukan. Keberhasilan ini juga tak lepas dari support yang diberikan oleh teman-teman yang rela menonton hujan-hujanan serta tentunya dukungan dari pihak sekolah. Semua usaha dan kerja keras itulah yang telah membuahkan hasil hingga kami dapat menjadi juara , semua bisa dilakukan asal ada kemauan.Menang atau kalah itu adalah hal yang biasa. Yang terpenting adalah kerjasama dan pertemanan yang erat.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/www.tinaborneo.blogspot.com/barang-bekas-bahan-dasar-lomba-fashion-road_552b95f86ea83463298b4569
Ruang multimedia menjadi saksi bisu kerja keras siswa-siswi SMA Santo Paulus yang mengikuti fashion road. Untuk menjadi nomor satu bukanlah hal yang mudah, 30 orang siswa yang telah tergabung dalam tim sukses yakni 10 pasang model dan 10 desainer yang telah dibentuk harus rela berkorban waktu dan tenaga, bahkan modelpun harus merangkap dalam mengerjakan kostum ini. Lima hari sebelum pelaksanaan sudah terlihat gundukan bunga kertas aneka warna dan ukuran dimana-mana, ini dikarenakan tema yang diusung tahun ini adalah BUNGA. Tim Paulus yang terdiri dari OSIS sangat selektif dalam memilih bahan baku pembuatan kostum, mereka memutuskan untuk menggunakan bahan-bahan bekas sebagai bahan baku. Selain harganya murah dan mudah didapatkan,bahan juga harus ramah lingkungan tentunya mengingat budget yang cukup kecil jadi harus lebih cerdas mengakalinya. Karena tema yang diusung adalah bunga maka diputuskan membagi- bagi kostum menjadi beberapa kategori. Dengan tema bunga berbagai musim dan tak lupa tema yang elegan dan esentrik. Ada yang terbuat dari kertas, koran bekas ada pula yang terbuat dari gelas minuman bekas dan kain. Untuk mendapatkan semua itu tidaklah mudah tim Paulus harus rela menjadi pemulung demi menggumpulkan gelas bekas minuman di kantin, belum lagi harus membersihkannya. Gelas pelastik bekas memang terlihat seperti sampah dimata kita namun ditangan Ivan ( anggota OSIS ) gelas pelastik itu disulap menjadi gaun yang indah yang dipakai dengan sangat apik oleh Givanny dengan balutan warna hijau serta pembawaan givanny yang berani membuat karya itu semakin hidup. Tidak sampai disitu saja, masih ada kendala baru yaitu baju yang terbuat dari kain tidak bisa menggembang. Akhirnya salah satu tim Paulus bernama Ivan mendapat ide yang unik. Ia membuat kerangkeng dari kawat yang menyerupai kerangkeng gaun yang biasa dipakai oleh pengantin dan yang nantinya akan diikatkan pada tubuh model. Dan alhasil usahanya tidak sia-sia kain dapat menggembang dengan sempurna. Banyak dari teman-teman yang menyangka bahwa baju yang berbahan kain itu dipesan. Tapi pada kenyataanya tidak sama sekali, baju itu didesain dan dijahit sendiri. Serasa menjadi penjahit professional dalam sehari ucap salah seorang tim sukses sambil nyengir. Tim Paulus kali ini memang harus diacungi jempol, mereka tidak ingin kerja setengah-setengah. Dari ujung kepala hingga ujung kaki harus ada dekorasi bunga dan harus sempurna. Mereka memutuskan untuk mencari sepatu bekas yang sudah hampir rusak. Setelah mendapatkannya mereka mendekorasi sepatu tersebut dengan bunga-bunga kertas berbagai warna. Sepatu yang semulanya tampak usang telah disulap menjadi sesuatu yang memiliki nilai seni yang tinggi. Yang paling menarik perhatian adalah sepatu milik Eylen Gowsa, warna bunga mawar yang oranges dan kuning membuat sepatu itu semakin kontras, dan mengundang perhatian siapa saja untuk melihatnya. Selain mendekor sepatu, tata rias model pun sangat diperhatikan. Bukannya tidak mau menerima atau mengambil bantuan dari orang luar. Namun mereka ingin semua karya yang akan ditampilkan nanti adalah karya orisinil 100% kreasi anak Paulus. Dalam hal make up Eylen Gowsa dan Noviana, Cindy rela browsing dan berlatih untuk mendapatkan make up yang cocok untuk setiap tema yang dikenakan pada model. Yang membuat pusing adalah make up bertema Es yang memang cukup sulit untuk dilakukan. Mereka ditantang harus bisa menampilkan kesan membeku pada model. Dan pada akhirnya mereka berhasil mengatasi semua kesulitan itu. Walau kedua model bertema “winter” Andi dan Yanti harus bolak balik WC menghapus riasan yang salah. Saat hari H semakin dekat tim Paulus pun mulai bekerja ekstra. Waktu tinggal menghitung mundur hanya tersisa 2 hari sebelum hari H dan masih ada 6 pasang kostum yang belum rampung. Semua itu membuat tim Paulus pusing bukan main. Belum lagi kostum kertas yang terkadang mengalami sedikit kerusakan serta banyak hal yang tak terduga lainnya. Namun ditengah kebingungan muncul ide-ide unik seperti topi sulap milik pasangan Michail dan Viona yang cukup menarik perhatian. Walau begitu, mereka tetap harus bekerja agar semua kostum bisa selesai tepat pada waktunya. Bayangkan saja pagi mereka harus belajar, pulang sekolah harus segera mengerjakan kostum. Belum lagi mereka harus ketinggalan pelajaran serta harus mengerjakan PR yang sudah menumpuk seperti gunung dan harus membereskan ruang multimedia setiap hari sebelum pulang sekolah, sama sekali tidak ada waktu untuk beristirahat apalagi untuk tidur. Kesulitan mereka bertambah saat pihak sekolah mengatakan bahwa hari ini mereka tidak dapat memakai ruangan multimedia. Tim sukses tidak putus asa sampai disitu mereka memindahkan semua barang yang ada di multimedia yang tentunya tidak sedikit dengan menggunakan motor ke rumah salah satu tim sukses yaitu Cindy. Semua telah mereka alami dari kehujanan, tidak mandi seharian,memakai seragam sekolah dari pagi hingga larut malam, memulung,makan sepiring bersepuluh,kehilangan barang karena ruangan yang berantakan, seperti orang yang hendak mengungsi, stress akibat tugas yang menumpuk, dikejar-kejar waktu,nginap dan begadang mengerjakan kostum sehari sebelum hari H, dimarahi orang tua dan yang paling ironis semua telah merasakan panasnya terkena lem lilin yang tentunya sukses membuat tangan semua tim sukses melepuh! Tim Paulus benar-benar capek bukan main, mereka sudah lama merindukan sesuatu yaitu tidur! Namun mereka tidak bisa tenang sampai semua selesai di hari H. Bahkan salah satu dari tim sukses tersedak air liur sendiri saat ketiduran yaitu Aristo, dan Clara,Vinnie, dan Sepiatin yang sampai tidak tidur untuk terus membuat bunga kertas. Sephen yang rela bolak balik untuk membeli barang bahkan Cori yang rela jauh-jauh membeli payung di Siantan. Ketakutan dan kekhawatiran pasti ada namun semua itu mereka lawan. Bayangkan saja mereka harus berjalan menggunakan kostum kertas dan saat itu hujan gerimis yang cukup membuat para model panic karena takut kostum mereka robek. Tapi mereka tetap gigih untuk mempersembahkan hadiah terbaik dari SMA Santo Paulus kepada Kota Pontianak yang merayakan hari jadinya yang ke 241. Rasa sakit di kaki dan rasa kantuk yang luar biasa hilang seketika saat mereka tampil. Semua kerja keras yang mereka lakukan kini telah mencapai puncaknya. Dengan bangga mereka menampilkan hasil karya orisinil dari SMA Santo Paulus. Berbagi kebahagiaan dengan semua orang yang saat itu menonton parade. Baju yang mulai sobek karena tetesan air tak mereka hiraukan. Mereka menebar senyum dan bunga kepada setiap orang yang mereka jumpai terutama kepada anak-anak kecil dan orang tua. Mereka cukup mendapat sambutan hangat dari para penonton tak jarang ada orang yang mengajak mereka untuk sekedar berfoto bareng. Setelah acara usai terlihat pundak salah satu model bernama Sepiatin memerah ini disebabkan oleh sayap merak yang harus Ia bawa saat berjalan dan cukup berat. Ditambah lagi kaki para model wanita yang melepuh karena harus memaksakan diri berjalan menggunakan sepatu berhak tinggi dalam rute yang jauh dan cukup lama. Sampai-sampai salah seorang model kami yang mengusung tema bunga musim gugur bernama Susan tidak masuk sekolah karena sakit penyebabnya kakinya sulit untuk berjalan. Semua ini memang suatu pengorbanan yang amat besar. Walaupun seperti itu merupakan momen yang sangat kami rindukan. Keberhasilan ini juga tak lepas dari support yang diberikan oleh teman-teman yang rela menonton hujan-hujanan serta tentunya dukungan dari pihak sekolah. Semua usaha dan kerja keras itulah yang telah membuahkan hasil hingga kami dapat menjadi juara , semua bisa dilakukan asal ada kemauan.Menang atau kalah itu adalah hal yang biasa. Yang terpenting adalah kerjasama dan pertemanan yang erat.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/www.tinaborneo.blogspot.com/barang-bekas-bahan-dasar-lomba-fashion-road_552b95f86ea83463298b4569
Ruang multimedia menjadi saksi bisu kerja keras siswa-siswi SMA Santo Paulus yang mengikuti fashion road. Untuk menjadi nomor satu bukanlah hal yang mudah, 30 orang siswa yang telah tergabung dalam tim sukses yakni 10 pasang model dan 10 desainer yang telah dibentuk harus rela berkorban waktu dan tenaga, bahkan modelpun harus merangkap dalam mengerjakan kostum ini. Lima hari sebelum pelaksanaan sudah terlihat gundukan bunga kertas aneka warna dan ukuran dimana-mana, ini dikarenakan tema yang diusung tahun ini adalah BUNGA. Tim Paulus yang terdiri dari OSIS sangat selektif dalam memilih bahan baku pembuatan kostum, mereka memutuskan untuk menggunakan bahan-bahan bekas sebagai bahan baku. Selain harganya murah dan mudah didapatkan,bahan juga harus ramah lingkungan tentunya mengingat budget yang cukup kecil jadi harus lebih cerdas mengakalinya. Karena tema yang diusung adalah bunga maka diputuskan membagi- bagi kostum menjadi beberapa kategori. Dengan tema bunga berbagai musim dan tak lupa tema yang elegan dan esentrik. Ada yang terbuat dari kertas, koran bekas ada pula yang terbuat dari gelas minuman bekas dan kain. Untuk mendapatkan semua itu tidaklah mudah tim Paulus harus rela menjadi pemulung demi menggumpulkan gelas bekas minuman di kantin, belum lagi harus membersihkannya. Gelas pelastik bekas memang terlihat seperti sampah dimata kita namun ditangan Ivan ( anggota OSIS ) gelas pelastik itu disulap menjadi gaun yang indah yang dipakai dengan sangat apik oleh Givanny dengan balutan warna hijau serta pembawaan givanny yang berani membuat karya itu semakin hidup. Tidak sampai disitu saja, masih ada kendala baru yaitu baju yang terbuat dari kain tidak bisa menggembang. Akhirnya salah satu tim Paulus bernama Ivan mendapat ide yang unik. Ia membuat kerangkeng dari kawat yang menyerupai kerangkeng gaun yang biasa dipakai oleh pengantin dan yang nantinya akan diikatkan pada tubuh model. Dan alhasil usahanya tidak sia-sia kain dapat menggembang dengan sempurna. Banyak dari teman-teman yang menyangka bahwa baju yang berbahan kain itu dipesan. Tapi pada kenyataanya tidak sama sekali, baju itu didesain dan dijahit sendiri. Serasa menjadi penjahit professional dalam sehari ucap salah seorang tim sukses sambil nyengir. Tim Paulus kali ini memang harus diacungi jempol, mereka tidak ingin kerja setengah-setengah. Dari ujung kepala hingga ujung kaki harus ada dekorasi bunga dan harus sempurna. Mereka memutuskan untuk mencari sepatu bekas yang sudah hampir rusak. Setelah mendapatkannya mereka mendekorasi sepatu tersebut dengan bunga-bunga kertas berbagai warna. Sepatu yang semulanya tampak usang telah disulap menjadi sesuatu yang memiliki nilai seni yang tinggi. Yang paling menarik perhatian adalah sepatu milik Eylen Gowsa, warna bunga mawar yang oranges dan kuning membuat sepatu itu semakin kontras, dan mengundang perhatian siapa saja untuk melihatnya. Selain mendekor sepatu, tata rias model pun sangat diperhatikan. Bukannya tidak mau menerima atau mengambil bantuan dari orang luar. Namun mereka ingin semua karya yang akan ditampilkan nanti adalah karya orisinil 100% kreasi anak Paulus. Dalam hal make up Eylen Gowsa dan Noviana, Cindy rela browsing dan berlatih untuk mendapatkan make up yang cocok untuk setiap tema yang dikenakan pada model. Yang membuat pusing adalah make up bertema Es yang memang cukup sulit untuk dilakukan. Mereka ditantang harus bisa menampilkan kesan membeku pada model. Dan pada akhirnya mereka berhasil mengatasi semua kesulitan itu. Walau kedua model bertema “winter” Andi dan Yanti harus bolak balik WC menghapus riasan yang salah. Saat hari H semakin dekat tim Paulus pun mulai bekerja ekstra. Waktu tinggal menghitung mundur hanya tersisa 2 hari sebelum hari H dan masih ada 6 pasang kostum yang belum rampung. Semua itu membuat tim Paulus pusing bukan main. Belum lagi kostum kertas yang terkadang mengalami sedikit kerusakan serta banyak hal yang tak terduga lainnya. Namun ditengah kebingungan muncul ide-ide unik seperti topi sulap milik pasangan Michail dan Viona yang cukup menarik perhatian. Walau begitu, mereka tetap harus bekerja agar semua kostum bisa selesai tepat pada waktunya. Bayangkan saja pagi mereka harus belajar, pulang sekolah harus segera mengerjakan kostum. Belum lagi mereka harus ketinggalan pelajaran serta harus mengerjakan PR yang sudah menumpuk seperti gunung dan harus membereskan ruang multimedia setiap hari sebelum pulang sekolah, sama sekali tidak ada waktu untuk beristirahat apalagi untuk tidur. Kesulitan mereka bertambah saat pihak sekolah mengatakan bahwa hari ini mereka tidak dapat memakai ruangan multimedia. Tim sukses tidak putus asa sampai disitu mereka memindahkan semua barang yang ada di multimedia yang tentunya tidak sedikit dengan menggunakan motor ke rumah salah satu tim sukses yaitu Cindy. Semua telah mereka alami dari kehujanan, tidak mandi seharian,memakai seragam sekolah dari pagi hingga larut malam, memulung,makan sepiring bersepuluh,kehilangan barang karena ruangan yang berantakan, seperti orang yang hendak mengungsi, stress akibat tugas yang menumpuk, dikejar-kejar waktu,nginap dan begadang mengerjakan kostum sehari sebelum hari H, dimarahi orang tua dan yang paling ironis semua telah merasakan panasnya terkena lem lilin yang tentunya sukses membuat tangan semua tim sukses melepuh! Tim Paulus benar-benar capek bukan main, mereka sudah lama merindukan sesuatu yaitu tidur! Namun mereka tidak bisa tenang sampai semua selesai di hari H. Bahkan salah satu dari tim sukses tersedak air liur sendiri saat ketiduran yaitu Aristo, dan Clara,Vinnie, dan Sepiatin yang sampai tidak tidur untuk terus membuat bunga kertas. Sephen yang rela bolak balik untuk membeli barang bahkan Cori yang rela jauh-jauh membeli payung di Siantan. Ketakutan dan kekhawatiran pasti ada namun semua itu mereka lawan. Bayangkan saja mereka harus berjalan menggunakan kostum kertas dan saat itu hujan gerimis yang cukup membuat para model panic karena takut kostum mereka robek. Tapi mereka tetap gigih untuk mempersembahkan hadiah terbaik dari SMA Santo Paulus kepada Kota Pontianak yang merayakan hari jadinya yang ke 241. Rasa sakit di kaki dan rasa kantuk yang luar biasa hilang seketika saat mereka tampil. Semua kerja keras yang mereka lakukan kini telah mencapai puncaknya. Dengan bangga mereka menampilkan hasil karya orisinil dari SMA Santo Paulus. Berbagi kebahagiaan dengan semua orang yang saat itu menonton parade. Baju yang mulai sobek karena tetesan air tak mereka hiraukan. Mereka menebar senyum dan bunga kepada setiap orang yang mereka jumpai terutama kepada anak-anak kecil dan orang tua. Mereka cukup mendapat sambutan hangat dari para penonton tak jarang ada orang yang mengajak mereka untuk sekedar berfoto bareng. Setelah acara usai terlihat pundak salah satu model bernama Sepiatin memerah ini disebabkan oleh sayap merak yang harus Ia bawa saat berjalan dan cukup berat. Ditambah lagi kaki para model wanita yang melepuh karena harus memaksakan diri berjalan menggunakan sepatu berhak tinggi dalam rute yang jauh dan cukup lama. Sampai-sampai salah seorang model kami yang mengusung tema bunga musim gugur bernama Susan tidak masuk sekolah karena sakit penyebabnya kakinya sulit untuk berjalan. Semua ini memang suatu pengorbanan yang amat besar. Walaupun seperti itu merupakan momen yang sangat kami rindukan. Keberhasilan ini juga tak lepas dari support yang diberikan oleh teman-teman yang rela menonton hujan-hujanan serta tentunya dukungan dari pihak sekolah. Semua usaha dan kerja keras itulah yang telah membuahkan hasil hingga kami dapat menjadi juara , semua bisa dilakukan asal ada kemauan.Menang atau kalah itu adalah hal yang biasa. Yang terpenting adalah kerjasama dan pertemanan yang erat.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/www.tinaborneo.blogspot.com/barang-bekas-bahan-dasar-lomba-fashion-road_552b95f86ea83463298b4569
Ruang multimedia menjadi saksi bisu kerja keras siswa-siswi SMA Santo Paulus yang mengikuti fashion road. Untuk menjadi nomor satu bukanlah hal yang mudah, 30 orang siswa yang telah tergabung dalam tim sukses yakni 10 pasang model dan 10 desainer yang telah dibentuk harus rela berkorban waktu dan tenaga, bahkan modelpun harus merangkap dalam mengerjakan kostum ini. Lima hari sebelum pelaksanaan sudah terlihat gundukan bunga kertas aneka warna dan ukuran dimana-mana, ini dikarenakan tema yang diusung tahun ini adalah BUNGA. Tim Paulus yang terdiri dari OSIS sangat selektif dalam memilih bahan baku pembuatan kostum, mereka memutuskan untuk menggunakan bahan-bahan bekas sebagai bahan baku. Selain harganya murah dan mudah didapatkan,bahan juga harus ramah lingkungan tentunya mengingat budget yang cukup kecil jadi harus lebih cerdas mengakalinya. Karena tema yang diusung adalah bunga maka diputuskan membagi- bagi kostum menjadi beberapa kategori. Dengan tema bunga berbagai musim dan tak lupa tema yang elegan dan esentrik. Ada yang terbuat dari kertas, koran bekas ada pula yang terbuat dari gelas minuman bekas dan kain. Untuk mendapatkan semua itu tidaklah mudah tim Paulus harus rela menjadi pemulung demi menggumpulkan gelas bekas minuman di kantin, belum lagi harus membersihkannya. Gelas pelastik bekas memang terlihat seperti sampah dimata kita namun ditangan Ivan ( anggota OSIS ) gelas pelastik itu disulap menjadi gaun yang indah yang dipakai dengan sangat apik oleh Givanny dengan balutan warna hijau serta pembawaan givanny yang berani membuat karya itu semakin hidup. Tidak sampai disitu saja, masih ada kendala baru yaitu baju yang terbuat dari kain tidak bisa menggembang. Akhirnya salah satu tim Paulus bernama Ivan mendapat ide yang unik. Ia membuat kerangkeng dari kawat yang menyerupai kerangkeng gaun yang biasa dipakai oleh pengantin dan yang nantinya akan diikatkan pada tubuh model. Dan alhasil usahanya tidak sia-sia kain dapat menggembang dengan sempurna. Banyak dari teman-teman yang menyangka bahwa baju yang berbahan kain itu dipesan. Tapi pada kenyataanya tidak sama sekali, baju itu didesain dan dijahit sendiri. Serasa menjadi penjahit professional dalam sehari ucap salah seorang tim sukses sambil nyengir. Tim Paulus kali ini memang harus diacungi jempol, mereka tidak ingin kerja setengah-setengah. Dari ujung kepala hingga ujung kaki harus ada dekorasi bunga dan harus sempurna. Mereka memutuskan untuk mencari sepatu bekas yang sudah hampir rusak. Setelah mendapatkannya mereka mendekorasi sepatu tersebut dengan bunga-bunga kertas berbagai warna. Sepatu yang semulanya tampak usang telah disulap menjadi sesuatu yang memiliki nilai seni yang tinggi. Yang paling menarik perhatian adalah sepatu milik Eylen Gowsa, warna bunga mawar yang oranges dan kuning membuat sepatu itu semakin kontras, dan mengundang perhatian siapa saja untuk melihatnya. Selain mendekor sepatu, tata rias model pun sangat diperhatikan. Bukannya tidak mau menerima atau mengambil bantuan dari orang luar. Namun mereka ingin semua karya yang akan ditampilkan nanti adalah karya orisinil 100% kreasi anak Paulus. Dalam hal make up Eylen Gowsa dan Noviana, Cindy rela browsing dan berlatih untuk mendapatkan make up yang cocok untuk setiap tema yang dikenakan pada model. Yang membuat pusing adalah make up bertema Es yang memang cukup sulit untuk dilakukan. Mereka ditantang harus bisa menampilkan kesan membeku pada model. Dan pada akhirnya mereka berhasil mengatasi semua kesulitan itu. Walau kedua model bertema “winter” Andi dan Yanti harus bolak balik WC menghapus riasan yang salah. Saat hari H semakin dekat tim Paulus pun mulai bekerja ekstra. Waktu tinggal menghitung mundur hanya tersisa 2 hari sebelum hari H dan masih ada 6 pasang kostum yang belum rampung. Semua itu membuat tim Paulus pusing bukan main. Belum lagi kostum kertas yang terkadang mengalami sedikit kerusakan serta banyak hal yang tak terduga lainnya. Namun ditengah kebingungan muncul ide-ide unik seperti topi sulap milik pasangan Michail dan Viona yang cukup menarik perhatian. Walau begitu, mereka tetap harus bekerja agar semua kostum bisa selesai tepat pada waktunya. Bayangkan saja pagi mereka harus belajar, pulang sekolah harus segera mengerjakan kostum. Belum lagi mereka harus ketinggalan pelajaran serta harus mengerjakan PR yang sudah menumpuk seperti gunung dan harus membereskan ruang multimedia setiap hari sebelum pulang sekolah, sama sekali tidak ada waktu untuk beristirahat apalagi untuk tidur. Kesulitan mereka bertambah saat pihak sekolah mengatakan bahwa hari ini mereka tidak dapat memakai ruangan multimedia. Tim sukses tidak putus asa sampai disitu mereka memindahkan semua barang yang ada di multimedia yang tentunya tidak sedikit dengan menggunakan motor ke rumah salah satu tim sukses yaitu Cindy. Semua telah mereka alami dari kehujanan, tidak mandi seharian,memakai seragam sekolah dari pagi hingga larut malam, memulung,makan sepiring bersepuluh,kehilangan barang karena ruangan yang berantakan, seperti orang yang hendak mengungsi, stress akibat tugas yang menumpuk, dikejar-kejar waktu,nginap dan begadang mengerjakan kostum sehari sebelum hari H, dimarahi orang tua dan yang paling ironis semua telah merasakan panasnya terkena lem lilin yang tentunya sukses membuat tangan semua tim sukses melepuh! Tim Paulus benar-benar capek bukan main, mereka sudah lama merindukan sesuatu yaitu tidur! Namun mereka tidak bisa tenang sampai semua selesai di hari H. Bahkan salah satu dari tim sukses tersedak air liur sendiri saat ketiduran yaitu Aristo, dan Clara,Vinnie, dan Sepiatin yang sampai tidak tidur untuk terus membuat bunga kertas. Sephen yang rela bolak balik untuk membeli barang bahkan Cori yang rela jauh-jauh membeli payung di Siantan. Ketakutan dan kekhawatiran pasti ada namun semua itu mereka lawan. Bayangkan saja mereka harus berjalan menggunakan kostum kertas dan saat itu hujan gerimis yang cukup membuat para model panic karena takut kostum mereka robek. Tapi mereka tetap gigih untuk mempersembahkan hadiah terbaik dari SMA Santo Paulus kepada Kota Pontianak yang merayakan hari jadinya yang ke 241. Rasa sakit di kaki dan rasa kantuk yang luar biasa hilang seketika saat mereka tampil. Semua kerja keras yang mereka lakukan kini telah mencapai puncaknya. Dengan bangga mereka menampilkan hasil karya orisinil dari SMA Santo Paulus. Berbagi kebahagiaan dengan semua orang yang saat itu menonton parade. Baju yang mulai sobek karena tetesan air tak mereka hiraukan. Mereka menebar senyum dan bunga kepada setiap orang yang mereka jumpai terutama kepada anak-anak kecil dan orang tua. Mereka cukup mendapat sambutan hangat dari para penonton tak jarang ada orang yang mengajak mereka untuk sekedar berfoto bareng. Setelah acara usai terlihat pundak salah satu model bernama Sepiatin memerah ini disebabkan oleh sayap merak yang harus Ia bawa saat berjalan dan cukup berat. Ditambah lagi kaki para model wanita yang melepuh karena harus memaksakan diri berjalan menggunakan sepatu berhak tinggi dalam rute yang jauh dan cukup lama. Sampai-sampai salah seorang model kami yang mengusung tema bunga musim gugur bernama Susan tidak masuk sekolah karena sakit penyebabnya kakinya sulit untuk berjalan. Semua ini memang suatu pengorbanan yang amat besar. Walaupun seperti itu merupakan momen yang sangat kami rindukan. Keberhasilan ini juga tak lepas dari support yang diberikan oleh teman-teman yang rela menonton hujan-hujanan serta tentunya dukungan dari pihak sekolah. Semua usaha dan kerja keras itulah yang telah membuahkan hasil hingga kami dapat menjadi juara , semua bisa dilakukan asal ada kemauan.Menang atau kalah itu adalah hal yang biasa. Yang terpenting adalah kerjasama dan pertemanan yang erat.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/www.tinaborneo.blogspot.com/barang-bekas-bahan-dasar-lomba-fashion-road_552b95f86ea83463298b4569

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More